Langsung ke konten utama

Mitologi-Sejarah Prasasti Gosari 1376 M

F. Jonesuan


PRAKATA

Gosari menjadi titik bandar terbesar abad ke-07 pada saat Jawa bagian Timur belum ada kerajaan. Kehidupan maritim lebih kental daripada kehidupan Agraris. Kehidupan Agraris di sepanjang sungai Brantas dan Solo, dan kehidupan Maritim berada di pantura pada saat kekuasaan Melayu dan Sriwijaya “bajak laut,” menguasai jalur laut pantura. Sepanjang pantai Tuban (pelabuhan  Kambang Putih) sejak era Daha Airlangga sudah menjadi pelabuhan internasional, sedangkan pelabuhan lokal, yang mengangkut barang-barang dari pedalaman via sungai Berantas atau Solo bagian Timur berakhir (akses perdagangan) di pelabuhan Ujung Galuh Surabaya.[1]

Kedua pelabuhan ini sudah ada sejak pemerintah kerajaan Daha Airlangga. Pelabuhan Kambang Putih terakhir digunakan saat tentara Kubilai Khan Cina-Mongol mendarat di Jawa (1292) melalui Kambang Putih Tuban. Sejak peristiwa itu pelabuhan Tuban terjadi pendangkalan endapan lumpur)[2] dan tidak bisa digunakan lagi, konon dijadikan persembunyian bajak laut pantura. Dalam catatan sejarah diketahui sejak peristiwa itu aktivitas pelabuhan internasional berpindah ke pelabuhan Galuh, mungkin Surabaya atau Pasuruan di era kerajaan Mapajahit.

De Graff dalam bukunya, “Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa,” menjelaskan tidak ada aktivitas di pelabuhan Kambang Putih semenjak tentara Mongol mendarat di Tuban. Faktor pendangkalan pantai tidak diketahui sebab musababnya. Perkiraan De Graff, walaupun tidak bisa diteliti lagi apakah 7 abad sebelumnya pelabuhan Kambang Putih sudah ada aktivitas perdagangan internasional, dan berakhir tahun 1293 (berdirinya Majapahit), hal ini sangat logis pasca penguasaan kerajaan Sriwijaya dan Melayu atas pantai Utara terjadi aktifitas perdagangan kapal-kapal besar yang menghubungkan Nusantara dengan luar negeri, ---menurut Casparis Filolog Belanda--- di antaranya negeri India Utara, Selatan, Champa, Srilangka (Cailon), dan Kamboja sudah mengenal Jawa, baru abad ke 16 (1453) pedagang Eropa mengenal Nusantara.

Perahu kecil dari pedalaman via sungai Berantas dan Solo menuju pelabuhan Galuh, kemudian rempah-rempah, gula, garam, biji makanan diangkut dengan perahu kecil menuju pelabuhan besar Kambang Putih Tuban.

Dari sini kami menyebut ada ngarai yang tersembunyi dan aman. Aktivitas perahu kecil dan kapal-kapal besar antara Galuh dan kambang Putih Tuban ada transit sementara untuk memperbaiki kapal, perahu, mengambil air Tawar, sekedar singgah sementara yang sangat nyaman (rest area) karena posisinya diapit oleh dua bukit gunung. Faktor ini yang menyebabkan wilayah Ambal atau Gosari sejak abad 07 terkenal dengan bandar terbesar; tempat berkumpulnya transaksi, dunia hitam-putih, orang-orang penting berdarah ningrat, bajak laut, kepelacuran, di tempat ini mereka bebas melakukan akses tanpa dibatasi oleh kekuasan upeti/pajak dari kerajaan manapun.

Abad ke 07 muncul peradaban di Gosari terkait aktivitas larung saji, pusat pertemuan orang-orang penting kerajaan era Tarumangera dan Mataram Kuno di Sunda Galuh saat mengalami krisis kekuasaan antar keturunan. Dan penguasaan yang kuat kerajaan Sriwjaya atas pantai Utara Jawa melalui kaki tangan bajak laut. Peradaban yang besar ini ditunjukkan adanya aktifitias pabrik gerabah walau diprediksi abad ke-13, dan tidak menutup kemungkinan kebesaran nama abad ke-13 berasal dari pusat bandar sejak abad ke-07.

Dari titik sejarah tersebut kami membedah Gosari; Gosari tempoe doeloe, Gosari pasca Sanjaya mencari legitimasi wahyu, dan Gosari pada saat pabrik Tembikar abad ke-13 masehi, dan hubungannya dengan kerajaan Majapahit. Gua Butulan menjadi saksi yang terekomendasi (data sejarah), sudut pandang meta-dimensional dan kajian mitologi kerakyatan menjadi referensi sekunder.

Mungkin kajian metalogi-dimensional dan referensi mitologi kerakyatan masih jauh disebut sejarah. Paling tidak ada upaya rasionalisasi yang logis, sehingga tulisan ini menjadi buku sampai di Pembaca baik sebagai kisah, legen, atau cerita rakyat yang pada dasarnya, itulah upaya penafsir sejarah. Sosok penafsir sejarah untuk desa tercinta dan Wagos sebagai wisata budaya.

 

Gresik, 02 Juli 2020

Fatihuddin - Fatee J



[1] ) Pelabuhan Galuh (Hujung Galuh) berdasarkan peta berada di wilayah Surabaya. Pendapat ini banyak ditentang analisis sejarah kekinian, bahwa pelabuhan Galuh ada di Surabaya (Tanjung Perak) karena tidak logis dengan perjalanan sejarah yang lain. Hal ini menguatkan estimasi titik pelabuhan Galuh ada di sekitar Mojokerta, atau Ploso Jombang, karena dua tempat ini dekat dengan aliran sungai Brantas, di mana Galuh sebagai pelabuhan Lokal yang menghubungkan penduduk lokal mengangkut hasil bumi melalui sungai berantas, dan berakhir di laut sekitar Surabaya atau Pasuruan.

[2] ) De Graff 147: 1985


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Album Kenangan Pondok Ramadhan 1989-1990 Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan

F. Jonesuan

Pengobatan Penyakit Hati

indopena Saya menyelesaikan buku ini tanggal 18 Maret 2002. Banyak orang bertanya, apa itu hati, dimana, dan seberapa jauh peranannya terhadap manusia. Apakah manusia itu, adalah hati itu sendiri ? Terkenal dengan sebutan  "Al qalb," Al Qur'an menyebut "An nafs" dan istilah-istilah yang lain. Yang jelas kita punya hati. Setiap disiplin ilmu  menyebutkan istilahnya berbeda-beda. Istilah dalam Al Qur'an, "hati" diklasifikasikan sesuai dengan karakter dan wataknya; ada yang disebut nafsu lawwamah (ada yang menyebutnya nurani), dan juga nafsul mutmainnah (jiwa yang tenang), dan ada nafsu jahat. Masing-masing memiliki kecenderungan dan watak yang berbeda-beda.  Saya mengawalinya dengan mengenal watak dasar hati, sifat dan kecenderungannya, karena dengan mengenal hati kita sendiri, kita bisa menaklukkan hal-hal buruk yang menguasai hati.  Termasuk mengenali penyakit hati, karena dengan mengenali penyakit, kita bisa mengobati penyakit itu sendi