Langsung ke konten utama

Naskah

Sulitnya Membuat Naskah Buku Untuk Anak SD dan MI
Setelah mempelajari beberapa buku yang "porsi" pengetahuan anak-anak Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah, saya melihat banyak pemaksaan pengetahuan untuk anak, yang semestinya sajian itu untuk orang dewasa. Isi atau tema paling tidak ada kesamaan dengan tingkat pengetahuan orang dewasa, dan disini hanya masalah penyajian, bagaimana tingkat fantasi anak terpancing dengan baik oleh pengetahuan pengetahuan tersebut.
Konstruksi pengetahuan anak selama ini, saya berpendapat "Salah Asuh....." sehingga secara komprehensip Pak NUH, katakanlah begitu, ingin merubah kurikulum untuk atau sejak 2013 / 2014. Kiprah para penulis naskah buku, ibarat dunia medis, terlalu banyak dosis ! dan saya setuju bahwa output pendidikan kita terlalu "keblabasan," yakni terlalu kosenstrasi pada rana kognisi, bahkan terlalu instan dan matang.
Saat ini saya mempersiapkan buku "Surat-surat RA. Kartini" untuk anak-anak tingkat SD/MI sebagai sajian pengetahuan tentang kecerdasan tokoh bangsa di dunia Eropa pasca 1889 - 1903. Anak-anak kita belum mengetahui kepiawaian Kartini, surat dan pemikirannya tentang pendidikan, adat, dan kolonial. Konstruksi pengetahuan anak harus paham betul, bahwa bangsa ini sudah cerdas sejak zaman kolonial. Dan Kartini sudah melansirnya melalui ungkapan-ungkapan Door Duesternis Toot (oleh Arminj Pane), dan Kartini sangat hebat untuk ukuran wanita-wanita Eropa, karena beliau menjadi kiblat modernisasi wanita-wanita Eropa. Pijakan mereka adalah pemikiran Kartini.
Saya ingin menyajikan, bahwa di era tersebut, ada orang pintar Indonesia gender wanita.
Saya berkeinginan keras menyajikan buku ini porsinya "pas" dengan tingkat kecerdasan dan fantasi anak-anak. Dan hingga kini, link-link kognisi dari pengetahuan tersebut, baru saya ramu, dan berencana tiap detik dan waktu, saya merubahnya menjadi urutan-urutan kalimat yang mudah dipahami oleh anak-anak bangsa Indonesia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Album Kenangan Pondok Ramadhan 1989-1990 Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan

F. Jonesuan

Pengobatan Penyakit Hati

indopena Saya menyelesaikan buku ini tanggal 18 Maret 2002. Banyak orang bertanya, apa itu hati, dimana, dan seberapa jauh peranannya terhadap manusia. Apakah manusia itu, adalah hati itu sendiri ? Terkenal dengan sebutan  "Al qalb," Al Qur'an menyebut "An nafs" dan istilah-istilah yang lain. Yang jelas kita punya hati. Setiap disiplin ilmu  menyebutkan istilahnya berbeda-beda. Istilah dalam Al Qur'an, "hati" diklasifikasikan sesuai dengan karakter dan wataknya; ada yang disebut nafsu lawwamah (ada yang menyebutnya nurani), dan juga nafsul mutmainnah (jiwa yang tenang), dan ada nafsu jahat. Masing-masing memiliki kecenderungan dan watak yang berbeda-beda.  Saya mengawalinya dengan mengenal watak dasar hati, sifat dan kecenderungannya, karena dengan mengenal hati kita sendiri, kita bisa menaklukkan hal-hal buruk yang menguasai hati.  Termasuk mengenali penyakit hati, karena dengan mengenali penyakit, kita bisa mengobati penyakit itu sendi

Mitologi-Sejarah Prasasti Gosari 1376 M

F. Jonesuan PRAKATA Gosari menjadi titik bandar terbesar abad ke-07 pada saat Jawa bagian Timur belum ada kerajaan. Kehidupan maritim lebih kental daripada kehidupan Agraris. Kehidupan Agraris di sepanjang sungai Brantas dan Solo, dan kehidupan Maritim berada di pantura pada saat kekuasaan Melayu dan Sriwijaya “bajak laut,” menguasai jalur laut pantura. Sepanjang pantai Tuban (pelabuhan   Kambang Putih) sejak era Daha Airlangga sudah menjadi pelabuhan internasional, sedangkan pelabuhan lokal, yang mengangkut barang-barang dari pedalaman via sungai Berantas atau Solo bagian Timur berakhir (akses perdagangan) di pelabuhan Ujung Galuh Surabaya. [1] Kedua pelabuhan ini sudah ada sejak pemerintah kerajaan Daha Airlangga. Pelabuhan Kambang Putih terakhir digunakan saat tentara Kubilai Khan Cina-Mongol mendarat di Jawa (1292) melalui Kambang Putih Tuban. Sejak peristiwa itu pelabuhan Tuban terjadi pendangkalan endapan lumpur) [2] dan tidak bisa digunakan lagi, konon dijadikan persembunyi