Kerinduan Belaian Ibu

indopena
 
KERINDUAN BELAIAN SANG IBU

Kerinduan belaian sang Ibu terkenang pada perjuangan ibuku. Perjuangan membesarkan anak-anaknya sudah larut bersama daging, darah, dan kemauannya. Keterbatasan ilmu dan himpitan hidup sejak usia gadis melahirkan semangat yang tak mudah ditundukan oleh cobaan keluarga. Tidak banyak pertimbangan atau pemikiran bagaimana masa depan anak-anak kelak dari usaha yang ia lakukan, yang penting dititipkan di pesantren, kemudian ia bekerja seorang diri. Bahkan “pesantren” waktu itu sebagai tempat apa, beliau kurang memahaminya. Ia hanya mengikuti nasehat keluarga dan tetangga saja.
Budaya masyarakat Jawa kelas ekonomi rendah, rupanya ibuku menjadi korban dari budaya yang kurang adil terhadap kaum wanita. Selama hampir hidupnya dalam keluarga sebagai istri, hampir belum pernah ada bantuan dari suaminya hingga anak-anaknya sudah berumah tangga. Hingga kini....! maka saya ingin melalui buku ini, sebagai hadiah dan shodaqah buat bunda tercinta dari perjuangannya yang tak pernah padam dulu hingga sekarang. Walaupun seorang anak tidak bisa mengukur perjuangan sosok Ibu dengan material ataupun nama besar melalui penggantian matematis, buku ini hanya kado kenang bagi perjuangannya. Suatu perjuangan orang tua terhadap putranya yang tak tergantikan.
Ia tidak tahu apa yang saya lakukan melalui buku ini, karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan keilmuannya kurang mampu mengartikan perkembangan dunia sekarang, ia hanya bisa melakukan usaha agar putra-putrinya berilmu dan berpengetahuan, kemudian bermanfaat untuk diri dan masyarakatnya. Sementara yang saya lakukan sebagai Penulis buku-buku agama Islam menjadi “Thoreqoh ad dakwah”-ku hasil dari semangat IBU-KU menitipkan pendidikanku di pesantren (Pondok pesantren Sunan Drajat 1986-1992), pun tidak mampu mengartikannnya. Ia hanya tahu saya sebagai putranya “dadi” guru dan “nulis-nulis.” Saya rindu ibu bagaimana dulu, ia melahirkan semangat membaja membesarkan anak-anak “single parent,” dan tak ada kemarahan sedikitpun. Hingga detik ini, siapapun termasuk saya, tidak ada rumus berbakti kepada orang tua memiliki rumus yang adil. Seorang anak tidak akan menemukan bandingan perjuangan seorang ibu dengan bakti seorang anak, dan tidak tergantikan walaupun ---misalnya--- diganti berkali-kali, dia tetap menjadi ibu. Hubungan darah mertua (wanita) menurut kajian Feqih jika seandainya terjadi perceraian dengan anaknya, maka hubungan mertua ibu tidak terputus. Dia tetap menjadi “Ibu mertua” walaupun anaknya sudah dicerai. Apalahi status ibu kandung, sungguh ikatan agung karomah yang tidak bisa diputus (terputus) oleh apapun dan siapapun.
Bagaimana dengan ibu-ibu muda yang tidak bertanggungjawab, kurang bermoral, kurang memberikan pembelajaran yang baik dengan anak-anak ! bagaimana harus berbakti kepadanya ?
Buku ini akan menjawab dengan baik !
Selamat membaca ! Apa yang saya lakukan semoga menjadi tetesan karomah ibuku untukku, menyertaiku ke seluruh sendi usaha dan pengabdian hidupku. Untuk pembaca juga demikian. Paling tidak kehadiran buku di tangan pembaca sudah ada itikad berbakti kepada Ibu atau kedua orang tua.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rahasia Ketajaman Mata Hati

Kiat Tobat Melebur Dosa-Dosa Besar

Kebiadaban dan Tipu Muslihat Dajjal dalam Peradaban Modern